Minggu, 26 Januari 2014

KEBUTUHAN TRANSPORTASI

JIKA kita terbang dari Pulau Sumatera hingga Papua, kita akan takjub melihat banyaknya pulau kecil. Kondisi geografis Indonesia sungguh menarik. Begitu banyaknya pulau di Indonesia sehingga timbul pertanyaan bagaimana menghubungkan pulau-pulau tersebut? Transportasi apa yang tepat untuk menghubungkan kurang lebih 13.000 pulau dengan penduduk kurang lebih 245 juta orang? Pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia sungguh merupakan pekerjaan raksasa dan membutuhkan visi yang kuat.Hingga saat ini, pembangunan infrastruktur transportasi masih bertumpu pada transportasi darat. Padahal, Indonesia adalah negara kepulauan. Pembangunan transportasi darat pun masih lebih menarik ke pembangunan jalan tol. Kalau pilihannya membangun banyak jalan tol, apakah di masa datang jalan tol tidak macet dengan pertambahan kendaraan? Membangun jalan tol memang sangat menjanjikan dari sisi bisnis, tetapi tetapi tidak dari sisi sustainability. Selain tidak sustainable, kehadiran jalan tol di wilayah perkotaan merusak keindahan kota dan membelah wilayah desa. Dalam konsep transportasi logistik berbasis jaringan kereta api, moda angkutan jalan raya akan difungsikan pengumpul. Pengalihan angkutan barang dari jalan raya ke jaringan kereta api akan menciptakan peningkatan efisiensi transportasi logistik dan mengurangi kerusakan jalan raya.Kemacetan jalan raya yang sudah menyebar dan merata tanpa mengenal waktu dan tempat menyebabkan biaya perjalanan semakin bertambah. Besarnya biaya perjalanan tidak hanya diukur dari uang, tetapi juga waktu (Tamin, 2000). Alhasil, biaya perjalanan yang bertumpu pada jalan raya semakin sulit di prediksi. Selain waktu dan biaya, kemacetan juga berdampak pada pertambahan emisi gas buang dan biaya sosial.Banyaknya persoalan yang mengadang di jalan raya mendorong pencarian solusi yang mengatasi persoalan tersebut. Kemudian timbul pemikiran bagaimana memilih moda kereta api sebagai prioritas utama angkutan manusia dan barang.Pemilihan kereta api sebagai moda transportasi darat dapat menciptakan perjalanan manusia dan barang yang lebih efisien, aman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Pembangunan rel ganda yang sedang berlangsung dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya akan mempersingkat waktu tempuh perjalanan.Keberadaan rel ganda dari Jakarta ke Surabaya akan menciptakan perbedaan waktu tempuh berbasis rumah ke tempat tujuan semakin tidak signifikan. Sebagai contoh adalah perjalanan udara yang dimulai dari rumah di Jakarta ke Semarang rata-rata bisa ditempuh sekitar empat jam. Dengan moda kereta api berbasis rel ganda, perjalanan dapat ditempuh sekitar 5 jam.Untuk angkutan logistik, transportasi barang jauh lebih efisien menggunakan kereta api. Transportasi AntarpulauTransportasi antarpulau sangat memengaruhi mobilitas manusia dan pembentukan harga barang di tingkat konsumen. Menurut penulis, hingga saat ini belum ada kajian yang serius dan komprehensif di tingkat universitas dan di lembaga riset mengenai transportasi antarpulau. Padahal, transportasi antarpulau sangat dominan di Indonesia sebagai negara kepulauan.Hingga saat ini, masalah klasik yang belum teratasi adalah mahalnya biaya angkut barang antarpulau sebagai dampak dari tidak efisiennya angkutan barang. Ketidakefisienan bersumber dari ukuran kapal, efisiensi pelayanan di pelabuhan, kedalaman pelabuhan, distribusi produsen dan konsumen yang tidak merata di wilayah Indonesia, sehingga kapal yang mengangkut barang pulang-pergi tidak terisi penuh.Untuk mengatasi masalah di atas, mendistribusikan atau membangun produsen barang yang tersebar di wilayah Indonesia. Solusi lainnya adalah mengoptimalkan sistem transportasi barang antarpulau berbasis hub dan collector yang didukung dengan infrastruktur ICT andal.Berbeda dari transportasi jalan raya dan antarpulau, transportasi udara lebih efisien dan dalam sepuluh tahun ini, jumlah penumpangnya semakin meningkat. Pertambahan jumlah penumpang dipicu oleh harga tiket pesawat yang semakin terjangkau dan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata.Kemudahan melakukan perjalanan udara di wilayah Indonesia akan mendorong peningkatan interaksi bisnis dan sosial dan kemungkinan besar berdampak positif terhadap lalu lintas barang antarpulau. Peningkatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan konsumsi barang hingga ke pulau pulau kecil lainnya.Integrasi sistem transportasi untuk menciptakan perjalanan manusia dan barang yang lebih efisien, ramah lingkungan, apalagi dalam mempersiapkan masyarakat ekonomi ASEAN 2015 mendesak dilakukan. Pemerintah harus membuat strategi yang brilian dan visioner supaya biaya angkut logistik di Indonesia semakin kompetitif dan berdaya saing.tinggi.Penulis adalah Dosen Teknik Lingkungan Surya University 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar